Kisah remaja inspiratif kali ini datang dari perjalanan seorang siswi pada tahun terakhirnya di SMA. Berada pada tingkatan ketiga di SMA sederajat, memiliki beberapa hal yang akhirnya perlu menjadi perhatian untuk mempersiapan pilihan pendidikan maupun karier. Kisah remaja inspiratif ini berpusat pada persiapan dan proses dalam melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi, dengan kisah inspiratif remaja kali ini, semoga dapat menjadi semangat dan motivasi dalam melanjutkan perjuangan mencapai impian.
Ini Adalah Kisahku
Kisah remaja inspiratif kali ini datang ketika aku masih menjadi seorang siswi yang duduk di bangku kelas 12 SMA dengan jurusan IPS. Sejak awal mendaftar SMA aku memang sudah memantapkan hati untuk memilih jurusan IPS, selain karena aku kurang minat dengan matematika, fisika, dan kimia, aku memilih jurusan IPS karena aku ingin berkuliah di jurusan hukum.
Aku menjalani kehidupan masa SMA-ku dengan mengimbangi belajar dan bermain bersama teman-temanku, aku juga bukan tipe pelajar yang ambisius. Sampai di mana saat sekolahku mengumumkan nama-nama murid yang mendapatkan kuota SNMPTN atau kuota seleksi jalur undangan untuk masuk ke perguruan tinggi, betapa senang dan bersyukurnya aku karena aku menjadi salah satu murid yang mendapatkan kuota SNMPTN tersebut.
Segala Persiapan yang Dilalui
Dengan perasaan bahagia, aku mempersiapkan segala hal untuk mendaftar SNMPTN dengan baik. Aku juga mencari info dari kakak kelasku yang tahun lalu keterima di jurusan dan kampus yang kuinginkan. Setelah semua persyaratan siap, aku langsung mendaftarkan diri secara online dengan mengisi pilihan kampus dan jurusan yang aku inginkan. Saat itu aku memilih jurusan Ilmu Hukum di universitas terbaik di kotaku sebagai pilihan pertama, jurusan dan kampus tersebut memang menjadi tujuan utamaku dan mendapat dukungan penuh dari orang tua.
Bagaimana dengan pilihan kedua? Aku mengisi pilihan keduaku dengan jurusan dan kampus yang sangat mustahil untuk aku lolos. Memang terdengar aneh dan bodoh, tapi aku telah memikirkannya matang-matang, aku tidak ingin menyesal di kemudian hari jika harus menjalani pendidikan di bidang yang tidak aku minati.
Hari-hari pun kulewati dengan sibuk belajar di sekolah dan pergi bimbel. Aku tetap pergi bimbel karena aku merasa butuh persiapan untuk tes UTBK, sebagai persiapan kalau-kalau aku tidak lolos pada seleksi SNMPTN kemarin. Meskipun tidak dapat memungkiri bahwa aku sangat berharap agar lolos di seleksi SNMPTN itu.
Baca juga: Kisah Inspiratif Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Makassar, Semua Orang Berhak Untuk Bermimpi!
Pengumuman Seleksi SNMPTN
Tiba pada saatnya pengumuman seleksi SNMPTN, sepulang dari tempat bimbel, aku dengan perasaan yakin membuka hasil pengumuman itu bersama kedua orang tuaku. Setelah aku mengklik hasil pengumuman, ternyata yang tertera pada layar laptopku adalah warna merah, yang artinya aku tidak lolos seleksi SNMPTN tersebut. Pada detik itu juga aku menangis sekencang-kencangnya karena aku merasa tidak terima dan kecewa.
Kekecewaanku ini dikarenakan rasa percaya diriku akan lolos begitu besar. Aku menangis semalaman karena sangat kecewa dan sedih. Aku berpikir dengan keras mengapa aku tidak lolos? Padahal dengan data-data yang kukumpulkan kemarin peluangku begitu besar untuk lolos. Apakah memang takdirku untuk tidak masuk jurusan hukum? Isi kepalaku begitu penuh malam itu. Kedua orang tuaku tidak ada yang memarahiku saat itu, walau aku tahu mereka pasti sama kecewanya denganku. Ayah dan ibuku menasihatiku bahwa hal ini bisa saja terjadi jika memang belum rezeki kita.
Setelah dinyatakan tidak lolos seleksi SNMPTN, selain belajar lebih giat lagi untuk ikut tes SBMPTN, aku juga mengintropkesi diriku dalam segala hal. Aku menyadari bahwa memang benar aku terlalu percaya diri sehingga lupa untuk rajin berdoa kepada Tuhan. Aku menyadarkan diriku untuk berhenti kecewa, karena sebelumnya aku memang tidak berusaha keras dalam hal meraih nilai tinggi untuk mendapatkan kuota SNMPTN itu.
Dengan tekad yang kuat, aku belajar lebih keras daripada sebelum-sebelumnya. Tidak lupa juga untuk meningkatkan ibadahku dan selalu melibatkan Tuhan dalam segala kegiatan yang kulakukan. Aku berusaha dan berdoa dengan bersungguh-sungguh. Aku juga berusaha menjadi pribadi yang lebih rendah hati.
Melanjutkan Perjuangan
Aku mendaftarkan diriku untuk ikut tes SBMPTN dengan pilihan pertama yang sama dengan pilihanku saat seleksi SNMPTN, yaitu jurusan Ilmu Hukum di universitas terbaik di kotaku. Aku menjadi lebih yakin dan bersemangat untuk berusaha menaklukan pilihan pertama yang telah menolakku saat seleksi SNMPTN itu. Untuk pilihan kedua, aku memilih jurusan Sosiologi di kampus yang sama dengan pilihan pertamaku. Kali ini aku berpikir lebih realistis, tidak seperti diriku saat seleksi SNMPTN sebelumnya.
Perjalananku sebelum mengikuti tes SBMPTN terasa begitu melelahkan. Setiap harinya aku harus pergi ke bimbel, bahkan sampai dengan sehari sebelum aku tes SBMPTN aku masih pergi ke tempat bimbel sampai matahari terbenam. Suasana di tempat bimbelku yang mulanya ramai, lama-kelamaan menjadi sangat sepi.
Ada kalanya aku benar-benar ingin menyerah dan berhenti pergi ke tempat bimbel karena merasa sangat lelah, tetapi aku sudah berjanji dengan diriku sendiri bahwa kali ini aku harus lolos dan membuat kedua orang tuaku bangga.
Tes SBMPTN yang konon katanya menegangkan itu dapat kulewati dengan baik. Meskipun aku tidak sepenuhnya yakin bahwa nilaiku bagus. Hanya ada satu hal lagi yang bisa kulakukan, yaitu berdoa kepada Tuhan. Aku telah berusaha semaksimal mungkin untuk mengerjakan tes tersebut, dan aku memohon kepada Tuhan untuk diberikan yang terbaik. Jika kali ini memang belum rezekiku lagi , aku memohon untuk diberikan kekuatan dan keikhlasan dalam menerimanya. Aku hanya berpasrah dan menyerahkan segalanya kepada Tuhan untuk hasilnya nanti.
Hari Pengumuman SBMPTN pun Tiba
Aku berniat membuka pengumuman tes sendirian, karena kedua orang tuaku masih berada di kantor pada saat itu. Dengan jantung yang berdegup kencang aku memberanikan diri untuk membuka pengumuman itu di handphone. Setelah mengklik hasilnya, aku langsung menutup kedua mataku rapat-rapat. Pikiranku mendadak penuh, khawatir yang akan kuterima adalah kata “semangat” lagi. Lagi-lagi aku meyakinkan hatiku untuk ikhlas apa pun hasilnya nanti.
Akhirnya, aku berani membuka mataku untuk melihat hasilnya. Ternyata, kali ini aku tidak mendapat kata “semangat” melainkan kata “selamat!”. Aku langsung berteriak dan sujud sebagai bentuk rasa bersyukurku. Air mata kebahagiaanku tidak terbendung lagi, aku menangis dengan senyuman yang merekah di bibirku. Aku sangat bersyukur karena lolos tes SBMPTN, terlebih lagi aku lulus pada pilihan pertamaku. Aku menahan untuk tidak memberitahu kedua orang tuaku lewat telfon, aku berencana memberi tahu kabar baik ini setelah mereka pulang dari kantor.
Sepulangnya kedua orang tuaku dari kantor, aku langsung menghampiri mereka dan mengabarkan bahwa aku lolos pada pilihan pertamaku. Kedua orang tuaku langsung memelukku dan memberikanku ucapan selamat. Aku kembali menangis haru bersama kedua orang tuaku. Sore itu benar-benar menjadi hari yang sangat membahagiakan bagiku dan keluargaku.
Aku merasa kembali memiliki masa depan setelah lolos SBMPTN pada pilihan pertama yang telah menolakku di seleksi SNMPTN. Aku semakin yakin Tuhan tahu mana yang terbaik untukku. Jika kemarin aku lolos SNMPTN, mungkin aku tidak memperbaiki diriku dalam bersikap dan beribadah.
Mengingat Kembali Perjalananku
Jika kuingat hari di mana aku mengerjakan tes SBMPTN, aku merasa tidak sepenuhnya menguasai materi. Banyak sekali soal yang belum pernah kupelajari. Setiap soal yang kukerjakan, aku lengkapi dengan bacaan zikir. Aku benar-benar percaya dengan yang namanya berhasil dengan jalur langit. Usaha dan kemampuanku mungkin memang terbatas, tetapi aku meyakini bahwa kekuasaan Tuhan tidak ada batasnya.
Mungkin yang tidak merasakannya hanya berpikir bahwa sama saja rasanya diterima lewat SNMPTN atau SBMPTN. Akan tetapi, menurutku itu sangat berbeda. Aku merasa lebih bangga kepada diriku sendiri karena dengan usahaku belajar dengan keras dan melalui waktu-waktu yang sulit, aku berhasil masuk kampus tujuanku. Aku pun merasa banyak sekali hikmah dari kegagalanku di SNMPTN. Memang benar saat itu rasanya menyakitkan sekali, tetapi ternyata setelah itu, Tuhan memberiku banyak kebahagiaan. Di awal perkuliahanku, Aku mendapatkan teman-teman yang baik, pengajar yang baik, dan aku bisa mendapat nilai yang cukup tinggi.
Esensi Suatu Proses
Jadi menurutku, suatu keinginan kita yang belum bisa langsung tercapai itu bukan karena Tuhan tidak sayang kepada kita, melainkan Tuhan ingin kita berproses sedikit lebih lama dari yang lain supaya kita dapat menjadi pribadi yang lebih kuat dan lebih baik. Maka dari itu, kita tidak boleh mudah menyerah atas apa yang kita impikan, dengan usaha yang kita lakukan bersungguh-sungguh, yakinlah bahwa Tuhan akan wujudkannya di waktu yang tepat.
Apabila kita tidak mendapatkannya, pasti kita akan mendapat yang lebih dari yang kita inginkan suatu hari nanti karena apa yang menurut kita baik, belum tentu itu yang baik menurut Tuhan, dan apa yang kita tidak sukai bisa jadi itu yang lebih baik untuk kita.
Baca juga: SERIAL GADIS KRETEK : FIKSI ROMANTIS TERSELIP ASPEK HISTORIS
Data diri penulis Kisah Remaja Inspiratif:
Nama : Novia Dwi Ramadhanella
Umur : 19 Tahun
TTL : Bandar lampung, 06 November 2003
Asal : Bandar Lampung
Pekerjaan : Mahasiswa
Editor: Tiara Rahmayanti